Kehebatan ekonomi Indonesia ternyata diakui oleh pihak intelijen Amerika Serikat.
Dalam laporan Global Trends 2030 yang dikeluarkan oleh Dewan Intelijen Nasional (National Intelligence Council/NIC) Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang akan menggeser peran negara-negara Barat dalam perekonomian dunia.
NIC adalah lembaga yang mendukung direktur Intelijen Nasional yang menjadi pemimpin Komunitas Intelijen AS. Komunitas Intelijen AS adalah kumpulan yang terdiri dari 16 organisasi intelijen di AS termasuk CIA dan FBI.
Dalam laporan yang berjudul "Global Trends 2030: Alternative Worlds" yang dikeluarkan oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat, dalam jangka waktu 15 hingga 20 tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kelas menengah yang diprediksi akan melonjak dalam rentang waktu tersebut.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Asia akan menyalip Amerika bagian Utara dan Eropa jika digabung. Hal tersebut termasuk produk domestik bruto, populasi, belanja untuk militer dan investasi teknologi.
Dalam tahun tersebut, China digambarkan akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar melewati Amerika Serikat beberapa tahun sebelum 2030. Di sisi lain, selain China, India dan Brasil, negara regional seperti Kolombia, Indonesia, Nigeria, Afrika Selatan dan Turki menjadi penting dalam ekonomi global. Sementara itu ekonomi Eropa, Jepang dan Rusia akan melanjutkan pelemahan mereka.
Saat ini, negara berkembang telah berperan lebih dari 50 persen dalam ekonomi dunia dan 40 persen dari investasi global. Dewan tersebut memproyeksi bahwa pada saat perkiraan tersebut meningkat, hal itu akan menjadi tantangan tersendiri kepada ekonomi global yang tidak stabil.
"Kecepatan yang kontras di beberapa ekonomi regional memperburuk ketidakseimbangan global, di mana salah satunya berkontribusi dalam membuat krisis tahun 2008 lalu," tulis NIC dalam laporan tersebut.
Pada saat negara-negara di belahan dunia barat memastikan bahwa krisis bawaan 2008 tidak menyebabkan krisis yang selanjutnya, negara yang sedang bersinar seperti Indonesia harus berkonsentrasi pada perkembangan ekonomi yang berkelanjutan untuk menghindari apa yang disebut jebakan kelas menengah di mana pendapatan perkapita tidak naik menuju level yang lebih tinggi.
"Untuk menghindari hasil tersebut, kekuatan yang menanjak akan membutuhkan pertimbangan dalam menerapkan perubahan pada institusi politik dan sosial."
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diketahui telah berada di atas 6 persen dalam dua tahun terakhir. Hal tersebut telah mengangkat pendapatan per kapita Indonesia naik menjadi USD 3.500. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat lebih rendah dari setengah pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan menghasilkan investasi Rp 4.000 triliun dan akan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia di tahun 2025.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar