Senin, 16 Desember 2013

SEJARAH PEMBANTAIAN MUSLIM BOSNIA 1992 – 1995

Bosnia-Herzegovina adalah salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa bagian  Tenggara. Luas wilayahnya hanya 51.233 km persegi (sedikit lebih luas dari Propinsi Jawa Timur).  Islam  masuk  ke  kawasan  Balkan  (termasuk  Bosnia)  sekitar  tahun  1389,  ketika wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani antara abad XII hingga akhir abad XIX.

Pada  tahun  1918,  Bosnia  menjadi  wilayah  Yugoslavia.     Akhir  Perang  Dunia  ke  II menempatkan rezim komunis di puncak kekuasaan Yugoslavia.
Mulai saat itulah umat Islam  Bosnia  mengalami  sekularisasi  yang  kuat,  hingga  sebagian  besar  kaum  muslimin Bosnia melupakan agamanya meskipun masih mengaku beragama Islam.
Keruntuhan  komunis  di  Uni  Soviet  membawa  efek  yang  serupa  pada  Yugoslavia  yang merupakan  negara  satelit  Uni  Soviet.  Runtuhnya  sistem  komunis  pada  akhir 1988 menyebabkan Yugoslavia terpecah menjadi enam negara, yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia, Macedonia, Slovenia dan Montenegro.
Awalnya, Slovenia dan Kroasia menyatakan memisahkan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat. Selepas itu, Yugoslavia menjadi negara yang senantiasa berubah, baik wilayahnya  maupun  populasinya.  Menyusul  Slovenia  dan  Kroasia,  Bosnia  melalui referendum  tahun  1992  pun  menyatakan  pemisahan  diri  dari  Yugoslavia  dan  menjadi negara berdaulat dipimpin Presiden Alija Izatbigovic. Inilah yang memicu pembantaian rakyat Muslim Bosnia oleh bangsa Serbia pimpinan Slobodan Milosevic pada 1992.
Serbia  berupaya  mempertahankan  kesatuan  Yugoslavia.  Etnis  Serbia  yang  umumnya bergama Kristen Ortodox ini ingin mendominasi pemerintahan, militer dan administrasi negara. Di Serbia terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia, sedangkan di Bosnia 1,36 juta jiwa dan di Kroasia 0,5 juta jiwa. Milosevic berobsesi mewujudkan Negara Serbia Raya yang bersifat monoetnis,  maka  ia  menentang  habis-habisan  berdirinya  Bosnia  Herzegovina  yang mayoritas Muslim dengan melakukan pembersihan etnis non-Serbia dan merebut wilayah dari Bosnia dan Kroasia.
Negara Bosnia yang dideklarasikan pada  tahun 1992 merupakan negara multietnis berpenduduk 4,3   juta   jiwa,   dengan komposisi 43,7%   etnis  Bosnia (90% muslim), 31,3%   etnis   Serbia/Serbia-Bosnia (93% beragama     Kristen Ortodox), 17,3% etnis Kroasia/Kroasia-Bosnia  (88%  beragama  Katolik  Roma) dan etnis lainnya 5,5%. Pada  awal  terjadinya  perang  di  tahun 1992, warga negara Bosnia yang terdiri atas  etnis  Bosnia  dan  etnis  Kroasia bersama-sama   menghadapi   serangan tentara  Serbia.  Namun  ketika  keadaan Bosnia  mencapai  titik  kritis,  dimana sekitar  70% wilayah Bosnia direbut oleh Serbia, etnis Kroasia di Bosnia dibantu Negara Kroasia berkhianat dan berusaha merebut wilayah Bosnia yang tersisa  (30%). Akibatnya Kroasia berhasil menguasai 20% wilayah Bosnia, sementara warga muslim Bosnia hanya menguasai 10% wilayahnya.
Tindakan  ini  menjadikan  muslim  Bosnia  terjepit  oleh  serangan  dua  musuh  sekaligus. Ironisnya,   dalam   keadaan   seperti   ini   PBB   dan   negara-negara   Barat   bersikeras mempertahankan embargo senjata pada muslim Bosnia. Mereka menutup mata terhadap pembantaian besar-besaran yang terjadi di depan mata mereka.
Dalam   langkah   majunya   menguasai   wilayah   Bosnia,   pasukan   Serbia   melakukan pembantaian massal pada muslim Bosnia. Mereka yang beruntung masih hidup dipaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Sejarah mencatat perang ini ditandai dengan pemerkosaan terhadap  para  wanita  Islam  dilakukan  secara  massal  dan  sistematis.  Bayi-bayi  hasil perkosaan tentara Serbia akan dianggap warga etnis Serbia. Dengan demikian, kelak Serbia dapat mengklaim sebagai etnis mayoritas di wilayah-wilayah yang didudukinya. Serangan Serbia (yang kemudian dibantu oleh Kroasia) terhadap muslim Bosnia telah menyebabkan tragedi kemanusiaan yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia kedua.  Pecahnya perang di Bosnia tidak luput dari perhatian para mujahidin yang baru saja berhasil enjatuhkan  pemerintahan  komunis  di  Kabul.  Lima  orang  mujahidin  dari  Afghanistan segera bertolak ke Bosnia mengecek kondisi yang sebenarnya. Salah satu dari mereka adalah Syeikh Abu Abdul Aziz. Beliau adalah salah satu pemuda yang sejak awal bergabung dalam jihad  Afghan  karena  seruan  Syeikh  Abdullah  Azzam,  semoga  Allah  menerima  syahid beliau. Temuan para utusan tersebut di lapangan membenarkan terjadinya pembantaian terhadap kaum muslimin di Bosnia.
Maka  mulailah  para  mujahidin  dari  seluruh  dunia  mengalir  masuk  ke  Bosnia.  Mereka ditempatkan dalam satu batalion yang khusus terdiri atas mujahidin non Bosnia. Mereka datang  dari  seluruh  dunia,  bahkan  sebenarnya  para  mujahid  Arab  adalah  minoritas, menurut  Syeikh  Abu  Abdul  Aziz.  Batalion  itu  dinamai  Katibat  al-Mujahidin (Batalion Mujahidin),   atau   Odred El-Mudzahidin dalam bahasa Bosnia. Batalion tersebut merupakan bagian  dari  Angkatan  Bersenjata  Bosnia,  yaitu  Batalion  ke-Tujuh (SEDMI  KORPUS, ARMIJA REPUBLIKE BH) Angkatan Darat Bosnia.
Krisis yang terjadi akibat serangan Serbia dan Kroasia, ditambah kehadiran para mujahidin asing yang ikhlas mengingatkan rakyat Bosnia akan agama yang telah mereka tinggalkan selama ini. Semangat muslim Bosnia untuk kembali pada Islam semakin besar. Masjidmasjid mulai dipenuhi jamaah. Jilbab semakin banyak dikenakan para muslimah Bosnia. Majelis-majelis ilmu dan tahfiz Qur’an mulai bermunculan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...