Semua diawali tahun 1970 lalu, kala itu Edwarda berusia 16 tahun. Dia adalah seorang siswi SMU yang ceria, populer, dan punya masa depan cerah. Hingga pada suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit, peneumonia dan diabetes.
Hari itu, 3 Januari 1970 dini hari, Edwarda terbangun dalam keadaan terguncang, menahan rasa sakit karena insulin yang ia telan gagal mencapai aliran darahnya.
Cepat-cepat, ia dibawa lari ke rumah sakit. Saat berbaring di tempat tidurnya, sebelum akhirnya tak sadarkan diri, Edwarda sempat menoleh pada ibunya Kaye O'Bara, memohon kepadanya. "Janji ya...ibu tak akan meninggalkanku," kata Edwarda.
Dengan perasaan tak menentu, sang ibu menenangkan putrinya itu. "Tentu saja tidak, aku tak akan meninggalkanmu, sayang," kata dia, tanpa menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sang ibu memenuhi janjinya, tak menyerah meski lelah, untuk tetap tinggal di samping putrinya selama 35 tahun. Meski kadang ia hanya tidur 90 menit dan mengeluarkan banyak uang demi mempertahankan kondisi putrinya tetap koma. Ia yakin, suatu saat nanti Edwarda akan bangun.
Hingga Sang Ibu meninggal dunia terlebih dulu lima tahun lalu. Tugas merawat digantikan saudara perempuan Edwarda, Colleen O'Bara.
Demi merawat saudarinya itu, Colleen meninggalkan pekerjaannya sebagai pelatih kuda. "Aku tak perlu berpikir panjang untuk memutuskannya. Dia adalah saudariku," kata dia. "Aku menyayanginya."
Salah satu tugas Colleen adalah membalik tubuh kakaknya tiap dua jam, memberinya insulin, dan makanan lewat tabung.
Dengan kasih sayang, ia juga menyisir rambut Edwarda yang memutih dimakan usia, menghisap lendir yang ke luar dari mulutnya dengan alat, agar ia bisa bernafas. Colleen juga terus bicara pada saudarinya itu. "Aku belajar banyak dari dia, salah satunya tentang kesabaran, sesuatu yang sebelumnya tak kumiliki."
Keluarga dan kerabat juga kerap datang, untuk memainkan musik dan membacakan buku. April lalu mereka berkumpul untuk merayakan ulang tahun Edwarda yang ke-59.
Saat terakhir
Meski optimistis dengan kondisi Edwarda, Selasa malam lalu ia menjumpai kondisi yang tak biasa. Makanan sulit masuk ke pencernaan kakaknya.
Meski optimistis dengan kondisi Edwarda, Selasa malam lalu ia menjumpai kondisi yang tak biasa. Makanan sulit masuk ke pencernaan kakaknya.
Namun, keesokan harinya, Edwarda nampak lebih baik. Colleen sempat pamitan untuk mengambil secangkir kopi. "Aku melihatnya menatap ke arahku dan memberikan senyuman terlebar yang pernah aku lihat," kata dia.
Saat Colleen kembali membawa secangkir kopi, Edwarda telah meninggal dunia. "Ia telah pergi, untuk bergabung dengan ibuku di surga."
Kisah Edwarda dan cinta tanpa syarat ibunya yang terus merawatnya dengan kasih sayang menjadi inspirasi buku yang ditulis Dr. Wayne Dyer. Judulnya, "A Promise Is A Promise: An Almost Unbelievable Story of a Mother’s Unconditional Love and What It Can Teach Us."
Buku itu menarik perhatian pubik. Sejumlah orang dari seluruh dunia datang menjenguk Edwarda dan memberi semangat pada keluarganya.
(Sumber: Daily Mail).
Buku itu menarik perhatian pubik. Sejumlah orang dari seluruh dunia datang menjenguk Edwarda dan memberi semangat pada keluarganya.
(Sumber: Daily Mail).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar